1. Bentuk muka bumi terbentuk karena
adanya tenaga dari dalam bumi (tenaga endogen) dan tenaga dari luar bumi
(tenaga eksogen). Tenaga endogen yang bersifat positif (membangun) adalah
tektonisme (gerakan lempeng bumi), vulkanisme (gejala gunung
berapi/gerakan magma ke luar permukaan bumi), dan seisme (gempa bumi).
Sedangkan tenaga eksogen di antaranya adalah : pelapukan, sedimentasi
(pengendapan), dan erosi (pengikisan).
2. Mitigasi ialah serangkaian upaya
untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UURI 24/2007
ps. 1). Mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang
ada pada kawasan rawan bencana (UURI 24/2007 ps 47 ayat 1). Dua bentuk mitigasi
: 1) Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai dll). 2)
Mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang, pelatihan dll).
3. Peroses pelapukan terbagi jadi
tiga, yaitu :
Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan
batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya.
Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan
pembekuan air pada celha batu
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan adalah penghcuran dan pengkikisan batuan dengan mengubah susunan
kimiaai batu yang terlapukkan. Jenis pelapukan kimiawi terdiridari dua macam,
yaitu proses oksidasi dan proses hidrolisis.
Pelapukan Organik
Pelapukan organik dihasilkan oleh aktifitas makhluk hidup, seperti pelapukan
oleh akar tanaman (lumut dan paku-pakuan) dan aktivitas haewn (cacing tanah dan
serangga).
Di Indonesia pelapukan yang banyak
terjadi adalah pelapukan kimiawi, hal ini karena di Indonesia banyak turun
hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
4. Peta memiliki kelengkapan penting
agar mudah dibaca dan dipahami. Kelengkapan tersebut dinamakan komponen peta.
Komponen-komponen peta antara lain sebagai berikut:
1. Judul peta
Judul petamerupakan identitas atau
nama untuk menjelaskan isi atau gambar peta. Judul peta biasanya terletak di
bagian atas peta. Judul peta merupakan komponen yang penting. Biasanya sebelum
memperhatikan isi peta, pasti seseorang terlebih dahulu membaca judulnya.
2. Legenda
Legenda merupakan keterangan yang
berisi gambar-gambar atau simbol-simbol beserta artinya. Legenda biasanya
terletak di bagian pojok kiri bawah peta
3. Skala
Skala merupakan perbandingan jarak antara
dua titik pada peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Misalnya skala 1
: 200.000. Skala ini artinya 1 cm jarak pada peta sama dengan 200.000 cm atau 2
km jarak sebenarnya.
4. Simbol
Simbol merupakan lambang-lambang
atau gambar yang menunjukkan obyek alam atau buatan. Simbol peta harus memenuhi
tiga syarat yakni sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum. Berikut ini
adalah simbol-simbol yang biasa digunakan pada peta.
5. Mata angin
Mata angin merupakan pedoman atau
petunjuk arah mata angin. Mata angin pada peta biasanya berupa tanda panah yang
menunjuk ke arah utara. Mata angin sangat penting keberadaanya supaya tidak
terjadi kekeliruan arah.
6. Garis astronomis
Garis astronomis merupakan garis
khayal di atas permukaan bumi. Garis astronomis terdiri dari dari garis
lintang dan garis bujur. Garis lintang merupakan garis dari timur ke
barat sedangkan garis bujur merupakan garis dari utara ke selatan.
7. Garis tepi
Garis tepi merupakan garis yang
dibuat mengelilingi gambar peta
menunjukkan batas peta
tersebut.
8. Tahun pembuatan peta
Tahun pembuatan peta menunjukkan
kapan peta tersebut dibuat. Dari tahun pembuatan kita dapat mengetahui peta
tersebut masih sesuai atau tidak untuk digunakan saat ini.
9. Inset peta
Inset peta merupakan gambar peta
yang ingin diperjelas atau karena letaknya di luar garis batas peta. Inset peta
digambar bila diperlukan. Inset peta disebut juga peta sisipan.
10. Tata warna
Tata warna merupakan pewarnaan pada
peta untuk membedakan obyek satu dengan yang lainnya. Misalnya warna coklat
menunjukkan dataran tinggi, hijau menunjukkan dataran rendah dan biru untuk
menunjukkan wilayah perairan.
5. Mesosfer adalah lapisan yang
terletak di atas lapisan stratosfer. Batas antara lapisan troposfer dan
mesosfer disebut stratopause. Sekira 0,999% massa atmosfer terdapat pada
lapisan ini. Lapisan mesosfer terdapat pada ketinggian 55-80 km. Pada lapisan
mesosfer kembali berlaku hukum geotermis. Penurunan suhu yang terjadi sebesar
0,4 derajat celcius setiap kenaikan 100 m. Suhu terendah pada lapisan ini dapat
mencapai -100 derajat celcius. Massa udara dingin tersebut mampu membakar
meteor dan benda langit lain yang hendak masuk ke Bumi. Pada Mesosfer
terdapat lapisan yang bermuatan listrik pada ketinggian 70 km. Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya fenomena awan pijar yang berasal dari uap air atau
debu meteor.
6. Ada beberapa daerah yang mendapat
curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
1. Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm,
meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2
daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
2. Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun di
antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan
Tanibar.
3. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 - 3000 mm per tahun, meliputi
Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan
Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar
Sulawesi.
4. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun
meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi
Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
7. Melakukan eksploitasi air tanah
harus memperhatikan ketersediaannya dalam lapisan batuan dan cekungan air tanah
(CAT). Pengambilan air tanah tanpa memperhatikan kaidah-kaidah yang disarankan
secara berlebihan akan menimbulkan perubahan pada cekungan air tanah
(penurunan air tanah) dan menimbulkan kerusakan lingkungan seperti
amblesan tanah (land subsidence) dan intrusi air laut.
8. Keadaan topografi dan
geologi Indonesia menyebabkan penduduk Indonesia mengembangkan pertanian
9.Pola persebaran desa di Indonesia
dibagi menjadi 3 yaitu:
Pola memanjang dibagi menjadi 4
yaitu:
- Pola yang mengikuti jalan. Pola desa yang terdapat di
sebelah kiri dan kanan jalan raya atau jalan umum. Pola ini banyak
terdapat di dataran rendah.
- Pola yang mengikuti sungai. Pola desa ini bentuknya
memanjang mengikuti bentuk sungai, umumnya terdapat di daerah pedalaman.
- Pola yang mengikuti rel kereta api. Pola ini banyak
terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera karena penduduknya mendekati fasilitas transportasi.
- Pola yang mengikuti pantai. Pada umumnya, pola desa
seperti ini merupakan desa nelayan yang terletak di kawasan pantai yang
landai.
Maksud dari pola memanjang atau
linier adalah untuk mendekati prasarana transportasi seperti jalan dan sungai
sehingga memudahkan untuk bepergian ke tempat lain jika ada keperluan. Di samping
itu, untuk memudahkan penyerahan barang dan jasa.
Pola desa ini umumnya terdapat di
daerah pegunungan atau dataran tinggi yang berelief kasar. Pemukiman penduduk
membentuk kelompok unit-unit yang kecil dan menyebar.
Pola desa ini merupakan pola yang
tidak teratur karena kesuburan tanah tidak merata. Pola desa seperti ini
terdapat di daerah karst
atau daerah berkapur. Keadaan topografinya sangat buruk.
10. Iklim tropis terletak antara 0°
– 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah
sebagai berikut:
- Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu
vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat
rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.
- Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 –
5°C, sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
- Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara
perlahan dan beraturan.
- Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain
di dunia.